Peran Indonesia dalam Perang Dingin

Perang Dingin yang terjadi antara kedua kubu tersebut nyatanya juga berimbas pada Indonesia. Perang yang melibatkan dua kekuatan besar, yaitu Dunia Barat yang dipimpin oleh Amerika dan Dunia Komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet.
Secara gak langsung, menyeret Indonesia buat memilih keberpihakkannya pada salah satu kekuatan besar tersebut.
Hal tersebut yang menyebabkan munculnya peran Indonesia dalam Perang Dingin.
Nah, berikut ini ada beberapa peran Indonesia dalam perang dingin. Ingin tahu apa aja? Langsung aja simak ulasannya!

1. Pemrakarsa KAA

Pemrakarsa KAA

Banyak sekali dari negara-negara berkembang di Afrika, Asia, bahkan Amerika Latin yang menolak dorongan buat memihak pada salah satu blok yang berseteru pada Perang Dingin.

Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam Konferensi Asia Afrika atau KAA yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955.

Negara Indonesia berperan sebagai tuan rumah sekaligus pemrakarsa dalam pelaksanaan Konferensi Asia Afrika di Bandung.

Selain itu, Indonesia KAA juga dipelopori oleh Myanmar (dulu bernama Burma), Sri Lanka (dulu bernama Ceylon), India, dan juga Pakistan.


2. Tempat Konferensi KAA

Tempat Konferensi KAA

Konferensi Asia Afrika ini diadakan pada tanggal 18 sampai 24 April 1995 di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia.

Konferensi tersebut dihadiri oleh 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dari benua Asia dan Afrika yang baru saja merdeka.

KAA tujuannya buat mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika.

Selain itu, konferensi ini juga mempromosikan perlawanan terhadap kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.


3. Panitia KAA

Panitia KAA

KAA saat itu juga mempunyai tujuan buat mengidentifikasi dan mendalami berbagai permasalahan duni waktu itu.

Para peserta dari berbagai negara yang hadir berupaya memformulasikan kebijakan bersama pada tatanan hubungan internasional.

Konferensi tersebut kemudian menyepakati Dasasila Bandung, yang berisi tentang pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerja sama dunia.

Dasasila Bandung memasukkan prinsip dari Piagam PBB dan prinsip milik Nehru.

Nah, dibawah ini beberapa isi dari Dasasila Bandung yaitu seperti berikut:

  • Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, misalnya perundingan, arbitrasi, persetujuan, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
  • Gak memakai pertahanan kolektif dengan Negara Besar buat menekan negara lain.
  • Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
  • Menghormati hak setiap negara buat mempertahankan diri.
  • Menghormati hak-hak dasar manusia.
  • Menghormati kedaulatan negara lain.
  • Mengakui persamaan ras.
  • Gak mengintervensi kepada negara lain.
  • Gak melakukan tindakan atau ancaman agresi.
  • Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.

Dasasila Bandung dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar buat penyelenggara hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa.

Konferensi tersebut mendasari pendirian Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.


4. Salah Satu Pelopor Pendiri GNB

Salah Satu Pelopor Pendiri GNB

Gerakan Non-Blok terbentuk saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, pada tanggal 1-6 September 1961.

Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno, menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya organisasi ini bersama dengan 4 kepala negara lainnya.

Keempat kepala negara lainnya yaitu Presiden Yugoslavia (Josip Broz Tito), Presiden Mesir (Gamal Abdul Nasser), Perdana Menteri India (Pandit Jawaharlal Nehru), dan Perdana Menteri Ghana (Kwame Nkrumah).

Gerakan Non-Blok selanjutnya memakai prinsip yang diungkapkan oleh Pandit Jawaharlal Nehru.

Nehru menjelaskan dalam pidatonya terkait dengan lima pilar yang bisa dipakai sebagai pedoman buat membentuk relasi Sino-India yang disebut Panchsheel (lima pengendali).

Pidato tersebut dilakukan pada tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Bahkan kata Non-Blok juga diperkenalkan pertama kali olehnya pada pidato tersebut.

Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

  • Prinsip buat saling menghormati integritas territorial dan kedaulatan.
  • Prinsip perjanjian non-agresi.
  • Prinsip buat gak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain.
  • Prinsip kesetaraan dan keuntungan bersama.
  • Prinsip menjaga perdamaian.

Itulah tadi penjelasan lengkap mengenai Peran Indonesia dalam Perang Dingin.

 

Pengertian Recount Text

Recount text adalah jenis text dalam Bahasa Inggris yang menceritakan tentang suatu cerita, tindakan, atau kegiatan. Biasanya, recount text menceritakan tentang pengalaman seseorang. Tujuan dari recount text adalah untuk menghibur pembaca, sehingga tidak terdapat konflik dalam text ini. Selain itu, teks ini juga bertujuan untuk memberikan informasi pada pembaca.

Ciri-ciri Recount Text

  • Menggunakan kalimat Past Tense (lampau), seperti went, departed, would, woke up, dan lain sebagainya.
  • Menggunakan adverb dan adverbial phrase untuk mengungkapkan waktu, tempat dan cara, seperti: last September, Pari Island, on then second day, dan lain sebagainya.
  • Menggunakan conjunction dan time connectives guna mengurutkan peristiwa atau kejadian, seperti: and, before, then, after that, dan lain sebagainya

Generic Structure of Recount Text

1. Orientation

Menceritakan mengenai latar belakang informasi tentang siapa, di mana, kapan kejadian atau peristiwa terjadi.

2. Events

Menceritakan serangkaian peristiwa yang terjadi sesuai urutan kronologis.

3. Re-orientation

Merupakan penutup atau kesimpulan cerita. Untuk menutup suatu cerita, kita bisa memberikan opini kita mengenai cerita tersebut.

Contoh Recount Text

Contoh Recount Text Singkat 1 (tentang Perjalanan Wisata)

My First Trip to Pari Island

Last September, I went to Pari Island for a holiday. I went there with Sarah, Andi, Eveline, and Yoko. That was my first time to travel there.

Our boat departed from Muara Angke port to the island at 8.00 AM. We arrived at Pari Island around 10.00 Am. After that, we went to our guest house that we had booked before. Fortunately, our guest house was located near to the port, so we did not have to walk so far. The first thing that we did after that was rent bicycle. It only cost IDR 20.000 per day. Then we did cycling for a while and had lunch before we decided to do snorkeling.

When we went snorkeling, the fisherman who became our guide brought us to the beach far enough from our guest house. We did snorkeling there. The water was very clear. We could see groups of tiny fishes and beautiful coral under the sea. After we did snorkeling for approximately three hours, we returned to our guest house. We ended up the first day by getting dinner and took some walks around.

On the second day, we woke up so early to watch sunrise. We did not need to go far to watch the sunrise because our guest house was so near to the beach and we could watch the sunrise there. Sunrise on the beach, what a beautiful view!

 

Narrative Text

Pengertian Narrative Text

Narrative text adalah jenis text dalam Bahasa Inggris untuk menceritakan suatu cerita yang memiliki rangkaian peristiwa kronologis yang saling terhubung. Tujuan dari teks ini adalah untuk menghibur pembaca tentang suatu kisah atau cerita.

Jenis-jenis Narrative Text

Narrative text bisa berbentuk imajiner atau pun faktual. Berikut adalah contoh genre dari Narrative text:

  • Fairy tale
  • Mystery
  • Science fiction
  • Romance
  • Horror
  • Fable
  • Myth and legend
  • History
  • Slice of life
  • Personal experience
  • dan lain sebagainya

Ciri-ciri Narrative Text

  • Menggunakan Action Verb dalam bentuk Past Tenses.
  • Menggunakan Noun tertentu untuk sebagai kata ganti orang.
  • Menggunakan Adjective yang membentuk Noun Phrase.
  • Menggunakan Conjunction untuk mengurutkan kejadian-kejadian.

Struktur Narrative Text

Struktur dari narrative text berfokus pada serangkaian tahapan yang diusulkan untuk membangun sebuah teks ini sendiri. Secara umum, terdapat empat tahapan dalam Narrative text, yaitu:

  1. Orientation

Orientation atau biasa disebut dengan pendahuluan, berisi tentang siapa, kapan, di mana suatu cerita ditetapkan.

  1. Complication

Complication menceritakan awal masalah yang menyebabkan puncak masalah atau yang biasa disebut dengan klimaks. Bagian ini biasanya melibatkan karakter utama dari cerita tersebut.

  1. Resolution

Bagian ini adalah akhir dari cerita atau berupa solusi dari masalah yang terjadi. Masalah dapat diselesaikan dapat menjadi lebih baik atau malah lebih buruk yang nantinya akan membuat cerita berakhir dengan bahagia atau sebaliknya.

Terkadang, ada beberapa resolusi yang berupa masalah lain untuk dipecahkan. Hal ini sengaja dibuat oleh penulis untuk menambah dan mempertahankan minat dan ketegangan bagi pembacanya. Biasanya, jenis resolusi ini terdapat pada genre mysteries dan horror.

  1. Re-orientation

Bagian adalah penutup dari suatu cerita yang bersifat opsional. Re-orientation bisa berisi tentang pelajaran moral, saran atau pengajaran dari penulis.

Contoh Narrative Text

Contoh Narrative Text Singkat 1 (tentang Cinderella)

Cinderella

Once upon a time, there lived a girl named Cinderella. She lived with her step mother and two step sisters. The step mother and her two daughters didn’t like Cinderella. They treated Cincerella very bad. Cinderella usually did the hardest works in the house; such as scrubbing the floor, cleaning the pot and pan and preparing the food for the family, and so on.

One day, a ball was to be held by the royal family of the kingdom to find the Prince’s spouse. Cinderella wanted to go to the ball but her step mother asked her to stay at home and do the house works. Cinderella cried. Then there was a fairy godmother standing beside her.

“Why are you crying, Cinderella?”, the fairy godmother asked.

“Because I want to go to the ball but my step mother insists me to stay at home. Besides, I don’t have any beautiful dress” said Cinderella.

Then the fairy turned Cinderella’s ugly dress became the most beautiful dress and with beautiful slippers. The fairy also turned a pumpkin into a parking coach and the mice become six white horses. Cinderella fiinally could go to the ball but she had to come back before midnight before the spell ended.

At the ball, Cinderella amazed everybody there include the Prince. The Prince asked her to dance. Cinderella had a wonderful time at the ball. But, all of a sudden, she heard the sound of a clock, the first stroke of midnight. Remembered what the fairy had said, Cinderella ran back to go home. But she lost one of her slippers in ballroom. The Prince picked up her slipper and would search for the girl whose foot fitted with the slipper.

A few days later, the Prince proclaimed that he would marry the girl whose feet fitted the slipper. Her step sisters tried on the slipper but it was too small for them, no matter how hard they squeezed their toes into it. In the end, the King’s solder let Cinderella try on the slipper. She stuck out her foot and the page slipped the slipper on. It fitted perfectly.

Finally, she was driven to the palace. The Prince was overjoyed to see her again. They were married and live happily ever after.


Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari Bagaimana cara membuat janji temu melalui telepon dalam Bahasa Inggris
‘HOW TO MAKE APPOINTMENT BY PHONE’ 

Dan inilah yang akan kita pelajari saat ini:

1. Bagaimana cara menelpon dan menerima telepon dalam membuat perjanjian dengan bahasa Inggris
2. Menyimak dan menirukan percakapan untuk menelpon dan menerima telepon dalam membuat perjanjian
3. Berlatih bermain peran menelpon dan menerima telepon dalam membuat perjanjian

Okay are you ready? Lets start it now.

Sahabat Rumah Belajar, Have you ever made a phone call? Off Course, I’m sure you have made phone calls several times. Telephone has become familiar among us. Mobile phones have become part of our live.

Sahabat Rumah Belajar, Have you ever made an appointment? To meet a friend maybe. To see a dentist perhaps.

Pengertian 'Appointment' dan Fungsinya

Apa pentingnya membuat janji? Apalagi dalam bahasa Inggris?

Sahabat Rumah Belajar, era sekarang adalah era global dimana kegiatan bisa berskala mendunia. Kita bisa berhubungan dengan siapa saja dari seluruh penjuru dunia. Dan bahasa Inggris adalah salah satu alat komunikasinya. Misalnya:

Bisa saja terjadi di situasi membuat janji dalam hal urusan bisnis
Membuat janji untuk membahas beasiswa luar negeri dengan pihak universitas
Membuat janji bertemu dengan dokter atau tenaga medis saat kita memerlukan

Telepon merupakan salah satu media yang dapat kita gunakan. Dengan menelpon terlbih dahulu, kita dapat memastikan kapan dan dimana janji temu itu dapat terlaksana.

Kata Appointment dalam bahasa Indonesia bisa diartikan ‘janji’ – make appointment berarti membuat janji. Mengatur janji bertemu seseorang pada waktu dan tempat tertentu. Sinonim kata appoinment adalah : meeting, engagement, atau arrangement

ap•point•ment
/əˈpointmənt/

(noun)
an arrangement to meet someone at a particular time and place.
- For business
- See the doctor or dentist
Example: "The customer made an appointment with my receptionist"
synonyms: meeting, engagement, interview, arrangement;

Agar suatu saat nanti Sahabat Rumah Belajar tidak mengalami kesulitan,
ayo kita sekarang pelajari bagaimana cara menelpon dan menerima telepon dalaam bahasa Inggris untuk membuat perjanjian.

Jika anda hendak menjadi seorang resepsionis hotel maka memiliki kemampuan berbahasa inggris yang aktif adalah sebuah keharusan karena akan banyak tamu hotel yang datang dari luar negeri sehingga harus bisa berbicara dalam bahasa inggris (speaking).
Berikut ini adalah dialog singkat reservation hotel dengan menggunakan bahasa inggris yang bisa anda pelajari:
Inggris
Indonesia
Good after noon, sir.
Selamat sore, tuan.
Good after noon, madam. May I help you?
Selamat sore nyonya. Bisakah saya menolong anda?
I want a room sir. Can you spare a room for me?
Saya ingin satu kamar. Bisakah anda sediakan buat saya?
Oh, certainly. Madam.
Oh  tentu nyonya.
How much is it for one night?
Berapa ogkosnya untuk satu malam?
four hundred
thousand rupiahs for one night.
Semalamnya empat ratus ribu rupiah.
Is it single or double bed-room sir?
Apakah itu satu tempat tidur atau dua temapt tidur?
A single bed-room.
Satu tempat tidur.
Okay, I reserve one room.
baiklah, saya pesan satu kamar.
What is my room number?
Nomor berapa kamar saya?
Your room number is sixty, madam.
Nomor kamar anda No 60, nyonya.
Okey, terimakasih.
Baiklah, terimakasih.
Pada kolom di atas adalah dialog seorang resepsionis hotel ketika sedang menerima tamu. Silahkan anda kembangkan lag dialog tersebut sehingga menjadi dialog yang panjang.


Cara Membuat Janji Melalui Telepon

1. Greet politely  and Introduce yourself

Sapalah lawan bicara kita dengan cara berbicara yang ramah dan sopan.  Kata yang umum digunakan saat menyapa lewat telepon misalnya : 'Hello '
Saat kita menelpon sebuah kantor atau klinik dokter, kita menggunakan bahasa yang lebih formal. Biasanya yang menerima telpon kita adalah sekertaris atau resepsionis. Maka setelah menyapa perkenalkan siapa diri dan mengapa anda menelpon.
Contohnya seperti berikut :

Good morning.
This is Rose calling. I’d like to make an appointment to see Mr. John.

Beberapa resepsionis kantor mungkin akan menanyakan alasan lebih lanjut untuk keperluan anda membuat janji temu. Sahabat Rumah Belajar mungkin akan mendengar pertanyaan seperti berikut :
  • Can you tell me what’s its about?
  • Can you tell me what it’s regarding?
  • Sahabat dapat menjawab dengan alasan yang ringkas dan jelas. Misalnya:
  • Yes, it’s about the new marketing strategy.
  • Yes, it’s about the advertising campaign

Jika Sahabat dijawab langsung oleh orang yang bersangkutan, bukan lewat resepsionis, Sahabat dapat langsung mengungkapnya sebagai berikut:

Hi / Hello/ Good afternoon. It’s Rose. Can we meet to talk about ....

2. Suggest the time and place

Jika yang menjawab telpon anda adalah lewat resepsionis. Sahabat akan mendengar frase seperti :
  • Ok. Let me take a look in his diary.
  • I can fit you in next Friday.
  • I can fit you in tomorrow evening.
  • Oh. His diary in full until next Monday.
  • I can’t fit you in until next Friday.
Dan Sahabat dapat menjawab seperti ini:
Reply:
Agreeing on a date
  • "Yes, Thursday is fine."
  • "Thursday suits me."
  • "Thursday would be perfect."
  • "That suits me well."
  • "That’s fine. What sort of time?"
Suggesting a different date
  • "I'm afraid I can't on the 3rd. What about the 6th?"
  • "I'm sorry, I won't be able to make it on Monday. Could we meet on Tuesday instead?"
  • "Ah, Wednesday is going to be a little difficult. I'd much prefer Friday, if that's alright with you."
  • "I really don't think I can on the 17th. Can we meet up on the 19th?"
Jika Sahabat berbicara langsung dengan orang yang bersangkutan, Orang tersebut bisa menanyakan :
Sure! When suits you?
Sure! When would you like to meet?

Dan inilah beberapa ungkapan untuk membuat saran. Suggest the time or the place:
Making suggestions
  • What about next Monday? At your office?
  • How about next Monday?
  • How does next Monday sound?
  • Are you available next Monday?
  • Would you be available next Monday?
  • Would Monday morning suit you?
  • Would Monday morning be convinient?
Sahabat Rumah belajar, langkah selanjutnya saat bertelepon untuk membuat janji adalah ‘Check and Confirm’ .

3. Check and confirm

Sebelum mengakhiri telpon, Sahabat sebaiknya mengecek ulang tentang janji yang telah disepakati dan memastikannya. Tujuannya agar kedua belah pihak merasa pasti dan mengingat tanggal dan janji temu yang telah ditetapkan.

Frasa yang sering digunakan adalah :
Ok. So that’s Monday at 4 pm.
Shall we meet in the boardroom?
Shall I come to your office?
Thanks see you then.


Menurut Thomas Jefferson, dalam penulisan  sejarah: 
"Penelitian sejarah adalah salah satu penelitian mengenai pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik, berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab, pengaruh atau perkembangan kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang (Sukardi, 2003, hal. 203). Menurut (Sjamsuddin, 2007, hal. 13) penelitian sejarah berhubungan dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang akan diteliti (Sjamsuddin, 2007, hal. 13)".

Menurut Sjamsuddin (2007, hal. 89) paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah yaitu:
  • Memilih topik yang sesuai
  • Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik
  • Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung dengan membuat system card, fotokopi, komputer dan internet.
  • Mengevaluasi secara kritis semua bukti yang telah dikumpulkan (kritik sumber)
  • Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disajikan sebelumnya.
  • Menyajikannya dalam suatu cara yang menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Penelitian sejarah pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Tahapan historiografi merupakan kegiatan penulisan hasil penelitian. Gambar berikut  menggambarkan metode Sejarah sebagai berikut:


Gambar  Metode Penelitian Sejarah
Sumber: (Sjamsuddin, 2007, hal. 17)

A. Heuristik

Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber (Sobana Hs, 2008, hal. 4).  Menurut Carrard (1992) dan Gee (1950)  dalam(Sjamsuddin, 2007, hal. 86) heuristik (heuristics) merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data/materi sejarah/evidensi sejarah. Tahap heuristik ini banyak menyita waktu, biaya, tenaga, pikiran dan perasaan karena apabila kita mendapatkan yang dicari maka serasa mendapatkan harta karun, sementara jika sudah bersusah payah mencari sumber tetapi tidak berhasil maka rasa frustasi akan muncul.

Sumber-sumber sejarah dapat ditemukan di perpustakaan, arsip dan museum, dimana kekayaan perpustakaan, arsip dan museum dapat diketahui dari petunjuk-petunjuk, indeks, bibliografi, katalog, majalah, dan jurnal serta brosur yang meminformasikan kepada sejarawan, peneliti, pengunjung apa saja yang tersedia dalam perpustakaan, arsip  atau museum itu yang berhubungan dengan literatur atau dokumen sejarah. Pengetahuan praktis mengenai petunjuk-petunjuk atau indeks-indeks ini dan bagaimana menggunakan perpustakaan dan arsip adalah syarat mutlak bagi penelitian sejarah. Pengetahuan tersebut muncul biasanya selama proses pengumpulan materi itu berlangsung (Sjamsuddin, 2007, hal. 121).


Gambar  Gedung Arsip Nasional



Gambar  Koleksi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia


B. Kritik

Kritik adalah sebuah kegiatan pengujian secara kritis terhadap sumber-sumber sejarah yang telah ditemukan, untuk memperoleh otentisitas dan dan kredibilitas. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan. Kritik sumber dilakukan setelah peneliti berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya dan tidak menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber tersebut dan menyaringnya secara kritis terutama sumber pertama (Sjamsuddin, 2007, hal. 131). Kritik sumber dilakukan dilakukan baik terhadap bahan materi  maupun terhadap substansi (isi) sumber.

Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal.

1. Kritik eksternal

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007, hal. 132). Sebelum sumber-sumber sejarah dapat digunakan dengan aman, menurut Lucey (1984) ada lima pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan (Sjamsuddin, 2007, hal. 133) yaitu:
Siapa yang mengatakan?
Apakah kesaksian tersebut telah diubah?
Apa yang dimaksud sumber dengan kesaksiannya?
Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata (witness) yang kompeten (mengetahui fakta yang sebenarnya)
Apakah saksi mengatakan fakta yang sebenarnya (truth) dan memberikan fakta yang diketahui?


Gambar  Sumber Sejarah yang Berasal dari Surat Kabar

Fungsi kritik eksternal adalah memeriksa sumber sejarah atas dasar dua hal pertama dan menegakkan sedapat mungkin otentisitas dan integritas dari sumber tersebut. Kritik eksternal juga harus memperhatikan otentisitas (authenticity), deteksi sumber palsu, integritas dan penyuntingan. Sebuah sumber sejarah (catatan harian, surat, buku) adalah otentik atau asli jika itu benar-benar produk dari orang yang dianggap sebagai pemiliknya (atau dari periode yang dipercayai sebagai masanya jika tidak mungkin menandai pengarangnya).

Langkah yang dilakukan dalam menegakkan otentisitas  adalah mengidentifikasi penulis. Kadang-kadang penulis tidak dapat ditandai karena banyak dokumen dan penerbitan pertama-tama muncul tidak menggunakan nama samaran dan penelitian kemudian dapat saja berhasil mengidentifikasi beberapa penulisnya. Belum ada aturan yang benar-benar baku untuk memutuskan berapa banyak yang harus dibuktikan sebelum sebuah sumber dapat diterima sebagai sesuatu yang asli, namun semakin banyak yang diketahui tentang dokumen tersebut, semakin banyak pula yang dapat digunakan oleh peneliti dari sumber tersebut (Sjamsuddin, 2007, hal. 134-137).

Keahlian dalam mendeteksi sumber asli diperlukan mengingat kecanggihan teknologi modern yang memudahkan para pemalsu dokumen untuk melakukan operasinya. Banyak dokumen rahasia negara terutama yang sedang konflik dijajakan oleh para pemalsu kepada pihak yang berkepentingan dikatakan asli padahal palsu (Sjamsuddin, 2007, hal. 137). Dalam mendeteksi sumber maka haru diperhatikan kriteria fisik (jenis kertas, tinta, cat), garis asal usul dokumen, tulisan tangan, dan isi dari sumber.

Setelah mendeteksi sumber maka selanjutnya harus diketahui integritasnya. Integritas disini dapat diartikan bahwa sumber mempunyai otentisitas yang tetap jika kesaksian yang asli tetap terpelihara tanpa ubah-ubahan mensikipun ditransmisikan dari masa ke masa (Sjamsuddin, 2007, hal. 140). Ubahan dapat berupa penambahan, pengurangan, penghilangan atau penggantian dalam teks asli dan ini mungkin saja disengaja atau tidak disengaja dalam sumber asli atau dalam salinan aslinya. Ubahan yang sering terjadi diakibatkan oleh kekeliruan dalam menyalin sehingga secara substansional dapat mengubah arti sebuah teks. Untuk mencegah kekeliruan tersebut perlu dilakukan kolasi yaitu membandingkan manuskrip asli dengan salinan oleh seseorang yang membaca naskah asli dan sejarawan mengikuti naskah salinannya. Jika integritasnya terjaga maka dapat dikatakan fakta dari kesaksian (fact of testimony) telah ditegakkan bagi sejarawan (Lucey dalam Sjamsuddin, 2007, hal. 140)).

Dokumen yang diedit secara sembarangan dapat merusak banyak sumber sejarah. Dokumen memang harus diedit sebagaimana aslinya dan jika ada perubahan, penyunting harus memberitahukan pembacanya. Aplikasi dari aturan-aturan sederhana ini menuntut kerajinan yang diteliti dan penyunting dapat menggunakan tanda-tanda tertentu dalam mengoreksi kesalahan ejaan, istilah, ataupun nama yang dibuat oleh penulis asli (Sjamsuddin, 2007, hal. 143).

2. Kritik Internal

Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal dengan menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber, yaitu kesaksian (testimony) (Sjamsuddin, 2007, hal. 143). Setelah fakta kesaksian ditegakkan melalu kritik eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian tersebut apakah reliable atau tidak. Hal yang perlu diperhatikan dari kritik internal adalah:


Gambar  Saksi Sejarah Perjuangan Front Bandung Timur R.J. Rusady W.

a. Arti sebenarnya dari kesaksian

Sejarawan harus menetapkan arti sebenarnya dari perkataan yang dikemukakan oleh saksi apakah diartikan harfiah atau sesungguhnya (real) . Arti harfiah adalah pengertian gramatikal yang berarti menurut huruf yang tertulis. Sementara arti yang sesungguhnya adalah arti yang tersirat dari balik huruf yang ditulis. Mungkin dalam sebuah tulisan sejarah sumber tersebut menggunakan kalimat metafora sehingga peneliti harus tahu arti yang sesungguhnya.

b. Kredibilitas kesaksian.

Kredibilitas (keterpercayaan) seorang saksi harus memperhatikan bagaimana kemampuan saksi untuk mengamati, bagaimana kesempatannya untuk mengamati teruji dengan benar atau tepat, bagaimana jaminan bagi kejujurannya, bagaimana kesaksiannya itu dibandingkan dengan saksi-saksi yang lain. Dalam membandingkan satu sumber dengan sumber-sumber lain untuk kredibilitas, terdapat tiga  kemungkinan yaitu sumber-sumber lain dapat cocok dengan sumber yang dibandingkan, berbeda dengan sumber atau malah tidak menyebutkan apa-apa (Sjamsuddin, 2007, hal. 151-152)

c. Sumber-sumber yang sesuai (concurring sources)

Sumber dikatakan kredibel apabila sumber yang lain sesuai dengan kesaksiannya baik secara independen maupun dependen. Penyesuaian kesaksian dari saksi independen dan dapat dipercaya yang dapat menegakkan kredibilitas suatu sumber tertentu.

d. Sumber-sumber yang berbeda (disseting sources).

Perbedaan kesaksian sumber lain terhadap satu sumber tidak begitu saja dapat membatalkan kesaksian dari sumber yang dibicarakan. Tetapi tergantung dari tingkat perbedaannya. Pada beberapa kondisi tertentu perbedaan sudah dapat diperkirakan namun kembali kepada kecerdasan peneliti dalam menghadapi perbedaan tersebut dan komplikasi-komplikasi yang muncul akibat perbedaan sehingga dapat ditemukan juga benang merahnya.

C. Historiografi

Sesudah menyelesaikan langkah-langkah pertama dan kedua berupa heurestik dan kritik sumber, maka langkah selanjutnya adalah menghasilkan karya historiografi yang merupakan penafsiran dan pengelompokkan fakta-fakta dalam berbagai hubungan juga membuat formulasi serta presentasi hasil-hasilnya sehingga akan menggamparkan operasi-operasi sintetis yang menuntun dari kritik dokumen kepada penulisan teks yang sesungguhnya (Sjamsuddin, 2007, hal. 155). Tahap-tahap penulisan mencakup interprestasi, eksplanasi sampai kepada presentasi atau pemaparan sejarah sebenarnya yang merupakan satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

1. Penafsiran (Interpretasi)

Proses penulisan dilakukan karena ingin mencipta ulang dengan deskripsi dan narasi serta  melakukan penafsiran (interpret) dengan menggunakan analisa dan berolritasi kepada problem. Teknik analisis deskripsi narasi sering kali dikaitkan dengan bentuk atau model sejarah lama, sedangkan teknik analisis dikaitkan dengan bentuk atau model sejarah baru yang ilmiah (Sjamsuddin, 2007, hal. 158).

2. Penjelasan (Eksplanasi)

Dalam setiap pembahasan mengenai metodologi sejarah, penjelasan merupakan satu pusat utama yang menjadi sorotan. Penjelasan menurut D.H. Fischer berarti membuat terang, jelas dan dapat dimengerti dengan menggunakan: what (apa), how (bagaimana), when (kapan), where  (dimana) dan who (siapa) (Sjamsuddin, 2007, hal. 190). Seringkali eksplanasi disamakan dengan deskripsi padahal sebenarnya keduanya dapat dibedakan. Deskripsi hanya penyebutan fakta saja, sementara penjelasan menuntut jawaban yang analitis-kritis yang akhirnya bermuara pada suatu penjelasan atau keterangan sintesis sejarah. Sejarah yang sebenarnya adalah jika dapat menjelaskan atau memberikan jawaban tentang why (mengapa). Jadi bukan sekedar what,  when, where dan who tapi lebih kepada why-what,  why-whenwhy-where dan why-who. Sebagai contoh misalnya fakta sejarah mengenai Proklamasi Kemerdekaan yang diucapkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi oleh Ir. Sukarno. Dalam deskripsi, peneliti cukup menjawab apa (Proklamasi Kemerdekaan),  kapan (tanggal 17 Agustus 1945 jam 10), dimana (Jakarta) dan siapa (Ir. Sukarno). Tetapi dalam eksplanasi harus dapat menjawab, mengapa Proklamasi Kemerdekaaan diucapkan (why-what), mengapa Sukarno yang mengucapkan bukan Hatta (why-who), mengapa tanggal 17 Agustus 1945 bukan tanggal yang lainnya (why-when), dan mengapa di Jakarta bukan kota-kota lain di Indonesia (why-where). Jadi semuanya menuntut keterangan, penjelasan yang kalau ditulis dapat menghasilkan buku yang tebal bukan hanya sekedar jawaban faktual (Sjamsuddin, 2007, hal. 191-192).

Tetapi tanpa deskripsi faktual mustahil dapat membuat sebuah eksplanasi sejarah sebab eksplanasi tanpa fakta adalh fantasi. Hubungan antara keduanya adalah hubungan yang saling melengkapi dan tidak dapat berdiri sendiri. Seperti mobil dengan bahan-bahan pembuat mobil. Tidak akan ada mobil (eksplanasi) kalau tidak ada bahan-bahan pembuatnya seperti mesin, kaca, baja, ban, jok dan sebagainya (deskripsi fakta). Dalam bentuk yang paling sederhana, dengan merangkaikan komponen-komponen itu dalam suatu sintesis akan menghsilkan suatu penjelasan mengapa dan/atau bagaimana peristiwa sejarah terjadi (Sjamsuddin, 2007, hal. 193).

Terdapat beberapa model penjelasan sejarah seperti yang terlihat pada tabel

Gambar model penjelasan sejarah
Sumber: (Sjamsuddin, 2007, hal. 190-235)

2. Penyajian (Ekspose)

Dalam penulisan sejarah, wujud dari penulisan itu merupakan paparan, penyajian dan presentasi yang sampai kepada dan dibaca oleh para pembaca dan pemerhati sejarah. Paling tidak secara bersamaan digunakan tiga bentuk teknik dasar menulis yaitu deskripsi, narasi dan analisis. Sehubungan dengan hal tersebut maka penyajian sejarah dapat dilakun dengan tiga cara yaitu deskriptif naratif, sejarah analitis-kritis dan gabungan deskriptif-naratif dan analitis kritis (Sjamsuddin, 2007, hal. 236-238).

Sejarah yang bersifat naratif mempunyai beberapa sebutan seperti sejarah populer dan sejarah peristiwa karena terlalu menyandarkan diri kepada peristiwa-peristiwa atau sejarah lama dimana sejarawan dianggap sebagai narator yang ditulis pada bagian luarnya saja dan tidak memiliki arti. Penyajian sejarah yang bersifat analitis kritis dianggap sebagai sejarah akademik dengan orientasinya pada problema dan struktur. Pemaparan untuk jenis ini umumnya terdapat pada karya tulis ilmiah sepeti tesis dan disertasi. Namun cara ini dianggap terlalu kaku dan tidak historis. Sementara gabungan deskriptif naratif dan analitis kritis merupakan proses integrasi peristiwa yang naratif dengan struktur yang analitis.

Sumber :