Halo, kalian pernah dengar nggak negara Yugoslavia? Sebenarnya negara itu sudah tidak ada sejak tahun 2003, sih. Tapi sebelum terpecah, Yugoslavia termasuk negara yang diperhitungkan, lho oleh dunia! Sayangnya karena beberapa hal yang membuat negara ini terpecah-belah. Apa ya penyebab berpisahnya negara-negara Yugoslavia? Simak, yuk dalam artikel ini.
Yugoslavia sendiri berarti Slavia Selatan, yang didiami oleh beberapa suku atau etnis. Suku-suku ini memiliki kerajaan masing-masing, dan sebelumnya telah dijajah oleh Kesultanan Utsmaniyah (Turki), Austria-Hungaria, dan Rusia.
Akibat merasa ada kemiripan asal-usul dan kesamaan sejarah, maka suku-suku tersebut memutuskan untuk bergabung menjadi satu negara. Negara Yugoslavia sendiri berdiri sejak tahun 1918 sampai dengan tahun 2003. Negara ini berdiri sebagai hasil Deklarasi Corfu pada 20 Juli 1917.
Yugoslavia terdiri dari enam negara federasi (bagian) dan dua provinsi otonom, yaitu:
Bosnia dan Herzegovina.
Kroasia.
Makedonia.
Slovenia.
Serbia.
Vojvodina dan Kosovo, yaitu dua provinsi otonom (dibentuk pada masa Josip Broz Tito berkuasa).
Terbentuknya negara Yugoslavia diusulkan oleh Josip Broz Tito, yang selanjutnya diangkat menjadi pemimpin tertinggi di Yugoslavia pada tahun 1953. Ia berasal dari etnis campuran Kroasia dan Slovenia. Tito kemudian menjalankan pemerintahan yang independen. Dirinya juga terlibat aktif dalam Gerakan Nonblok yang didirikan di ibukota Yugoslavia pada 1961. Bagi Yugoslavia, GerakanGerakan Non-Blok menjadi penting karena dapat menggabungkan negara-negara yang memilliki etnis berbeda.
Josip Broz Tito. (Sumber: en.wikipedia.org).
Berpisahnya Negara-negara Bagian Yugoslavia
Setelah wafatnya Tito pada tahun 1980, kondisi Yugoslavia menjadi berantakan. Untuk mengatasi berbagai masalah yang melanda, Yugoslavia menganut kepemimpinan kolektif yang mewakili berbagai etnis. Sepeninggal Tito, kehidupan politik dan negara seakan-akan kehilangan arah. Negara yang kemudian dipimpin secara kolektif oleh suatu badan Presidensi berjumlah delapan orang dan partai juga dipimpin Presidium beranggotakan 24 orang, ternyata praktik pengambilan keputusan sering berbenturan satu sama lain, sesuai dengan kepentingan masing-masing dan memperdalam perpecahan.
Kebijakan yang diambil untuk mendapatkan pemimpin bagi federasi ini adalah menggunakan sistem kepemimpinan kolektif yang disebut Dewan Kepresidenan Federal (DKF). Ternyata, kepemimpinan kolektif ini gagal mengatasi masalah politik dan ekonomi yang ada. Di tengah situasi yang tidak menentu, muncul seorang tokoh baru yang bercita-cita menggantikan figur Tito, yaitu Slobodan Milosevic.
Slobodan Milosevic. (Sumber: en.wikipedia.org).
Pada 1987, ia memimpin Partai Komunis Serbia dan berkeinginan membentuk “Serbia Raya” menggantikan Republik Federasi Yugoslavia. Menurut Milosevic, Serbia merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam namun hanya dijadikan “sapi perah” untuk bangsa Kroasia, Slovenia, dan Kosovo. Selain perihal utang yang menumpuk, Yugoslavia terpecah karena beberapa hal berikut:
Adanya Campur Tangan Negara Lain
Ada tiga negara yang memiliki kepentingan dengan Yugoslavia, yaitu Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat. Inggris menjatuhkan sanksi terhadap Yugoslavia berupa sanksi ekonomi dan embargo (penyitaan sementara) senjata. Bahkan, Inggris sempat ingin mengintervensi militer Yugoslavia. Waduh!
Beda lagi dengan Jerman yang memiliki masalah ekonomi dengan Yugoslavia. Jerman ingin mengambil alih seluruhnya pasar di Slovenia dan Kroasia sebagai negara Yugoslavia dengan kapasitas ekonomi terbesar. Selain itu, rumornya Jerman sentimen historis karena rindu bekerjasama dengan Yugoslavia ketika masih berstatus kerajaan, bukan negara. Duh, ternyata bukan cuma kamu aja yang bisa rindu sama doi.
Amerika Serikat, “senang” karena Yugoslavia tidak berpihak pada Uni Soviet dan akhirnya memberikan bantuan militer dan finansial kepada Yugoslavia, yang menyebabkan melesatnya perekonomian Yugoslavia. Akibat bantuan yang diberikan tersebut, Amerika Serikat memiliki kepentingan yang besar dalam rangka penguatan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur untuk menandingi Uni Soviet dan terkadang merasa “memiliki” Yugoslavia.
Munculnya Gerakan Separatis
Tanda-tanda keruntuhan Yugoslavia memberikan kesempatan bagi kelompok-kelompok separatis. Kelompok separatis ini terinspirasi dari negara-negara Afrika terdiri dari berbagai macam etnis dan bahasa yang berbeda, namun dipisahkan oleh batas-batas wilayah negara yang dibuat oleh penjajah. Pembatasan wilayah tersebut sering kali dibuat melewati batas-batas kawasan permukiman etnik. Kondisi yang multietnis ini menginspirasi kelompok separatis di Yugoslavia.
Tidak Mampu Menghadapi Perubahan yang Cepat
Pecahnya Yugoslavia tentunya memiliki dampak bagi politik perdamaian. Sampai dimulainya perang di Kroasia tahun 1991, Yugoslavia masih diupayakan sebagai negara kesatuan untuk menjaga stabilitas di kawasan itu, namun perubahan politik internasional yang cepat setelah tahun 1991, membuat para diplomat dan tokoh politik Yugoslavia tidak mampu mengejar perubahan tersebut.
Penentangan Serbia terhadap Keinginan Bangsa Lain
Serbia merasa hak-haknya dikurangi ketika bergabung dengan Yugoslavia, sehingga mereka ingin memperkuat diri dan ingin menguasai negara bagian dengan cara memiliki kedudukan yang tinggi di Yugoslavia. Serbia juga menolak keinginan bangsa lain yang ingin merdeka. Mereka pernah menyerang Bosnia sebagai upaya pembersihan etnis. Dampak konflik yang terjadi di Bosnia telah memicu marahnya negara Turki, sehingga negara tersebut mengirimkan pasukannya untuk membantu Bosnia. Sedangkan Serbia sendiri lebih banyak mendapat dukungan dari negara-negara barat.